Senin, 05 April 2010

Usaha Kreatif 4: Dicari Kulit Manggis untuk Ekspor

LAWATAN Y DENNIE WINARDI S, STAF PEMASARAN PT INDUSTRI JAMU BOROBODUR, KE KUALALUMPUR, MALAYSIA, PADA MEI 2009 BERBUAH MANIS. PERMINTAAN KULIT MANGGIS DARI PRODUSEN FARMASI DI NEGERI JIRAN DIKANTONGI. 'MULAI BULAN DEPAN-BERARTI JUNI-BOROBUDUR MENGIRIM 100 KG EKSTRAK KULIT MANGGIS PER BULAN,' KATA DENNIE. DI MALAYSIA KULIT BUAH MANGGIS POPULER SEBAGAI OBAT AJAIB. DI TANAHAIR IA MASIH LIMBAH TAK BERGUNA.

Ekspor kulit manggis? Ya, negeri jiran bukan butuh daging buah Garcinia mangostana yang rasanya manis, asam, dan menyegarkan. 'Mereka hanya butuh kulit manggis yang pahit,' ujar Dennie. Satu kilo ekstrak kulit manggis-diperoleh dari 10 kg kulit kering-harganya U$62,5 setara Rp650.000. Satu kilo kulit kering berasal dari 4 kg kulit segar. Kulit mengisi 60% buah utuh.

Menurut Dr Berna Elya Apt MSi, dari Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, kulit ratu buah kaya senyawa xanthone. Jumlahnya seperti diungkap Ir Kasma Iswari MSi, peneliti di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Barat, 27 kali daripada yang ada pada daging buah manggis.

Xanthone yang ditemukan pertama kali oleh Schmid W Liebigs, ilmuwan Jerman, pada 1855 itu dikenal sebagai antioksidan tingkat tinggi. 'Kandungan antioksidan kulit manggis 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk,' tutur Dr Ir Raffi Paramawati, ahli teknologi pangan dari Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong, Tangerang, Banten. Konsumsi xanthone 30 hari berturut-turut diklaim membuat wajah terlihat lebih muda. Ia pun disebut sebagai antikanker.

Raffi menyebut kulit manggis mengandung antioksidan 17.000-20.000 orac per 100 ounce. Bandingkan dengan sayur dan buah berkadar antioksidan tinggi seperti wortel dan jeruk yang masing-masing hanya 300 orac dan 2.400 orac. Orac - oxygen radical absorbance capasity - ialah kemampuan antioksidan menetralkan radikal bebas penyebab penyakit degenaratif seperti jantung, stroke, dan kanker.

Limbah di sentra

Masih pada Mei, permintaan ekstrak kulit manggis dari Malaysia juga datang saat Borobudur berpameran di ekspo Hospital & Medical di Jakarta Convention Center (JCC). Importir lain meminta 1.000 botol ekstrak kulit manggis dalam kemasan isi 60 kapsul dan 100 kapsul. Di Malaysia ekstrak kulit manggis dipakai sebagai bahan baku farmasi, jus, kosmetik, dan pewarna.

Untuk memenuhi permintaan negeri jiran, Borobudur mendatangkan 8 ton kulit manggis kering. Pengepul di Jakarta mengumpulkan kulit itu dari sentra di Sumatera Barat dan Jawa Barat. Dari 8 ton kulit manggis kering didapat 800 kg ekstrak. Menurut Dennie, jumlah itu baru 25% dari total yang dibutuhkan Borobudur.

Pengalaman Asep W Permana, peneliti di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor, Jawa Barat, 100 kg kulit manggis segar menghasilkan 25-30 kg kulit kering. Artinya, 8 ton rempah itu berasal dari 32 ton kulit manggis segar.

Menurut Asep potensi ekspor ekstrak kulit manggis sejatinya besar. Dari produksi nasional manggis setiap tahun hanya 20% yang layak diekspor. Sisanya menumpuk di pengepul menunggu pedagang lokal datang membeli. Jika 3 hari saja manggis sisa sortir alias BS itu ngendon di gudang, kulit mengeras sehingga buah terbuang. 'Itu peluang untuk dijadikan usaha,' kata Asep. Asep menuturkan semua bagian tanaman manggis potensial sebagai bahan baku obat karena secara tradisional digunakan turun-temurun sebagai herbal.

Tergantung musim

Toh, meski kulit manggis berlimpah di sentra, tidak berarti pasokan untuk ekspor lancar. Musababnya, sentra terkonsentrasi di daerah tertentu. Musim buah pun hanya setahun sekali. Di Sumatera Utara, sentra terbesar adalah Tapanuli Selatan. Di Sumatera Barat (Limapuluhkoto dan Padangpariaman), Jawa Barat (Bogor, Purwakarta, dan Tasikmalaya), Jawa Tengah (Purworejo), dan Jawa Timur (Blitar). Sementara di bagian timur sentra manggis adalah Lombok, Nusa Tenggara Barat. Menurut Sobir PhD, kepala Pusat Kajian Buah Tropika, Bogor, panen buah manggis cenderung bergeser dari barat menuju timur.

Sebut saja di Tapanuli Selatan musim manggis jatuh pada Juni-September. Agak ke barat ke Limapuluhkoto jatuh pada November-April. Tasikmalaya, Desember-Maret. Berikutnya Blitar, Januari-Mei. 'Jadi sebetulnya panen manggis di tanahair hampir sepanjang tahun, hanya daerahnya bergeser,' kata Sobir.

Sayang, di semua sentra itu tak ada pengumpul khusus kulit manggis kering. Pada 2007 Kasma menolak permintaan 10 ton per bulan kulit manggis dari Jakarta. Musababnya pengepul di Sumatera Barat itu enggan mengupas kulit manggis dan membuang daging buah untuk memenuhi permintaan. Gara-gara sulit mendapat pasokan kulit manggis pula, Borobodur menolak permintaan berton-ton kulit manggis dari Korea pada tahun yang sama.

Berkaca pada pengalaman itu, pada 2008 Borobudur turun langsung ke sentra-sentra untuk mendapatkan kulit manggis. Itu pun akhirnya kulit dibeli bersama buahnya. Pasokan pada 2009 didapat setelah Borobudur memasang iklan permintaan di sebuah majalah. Harganya? Masih negosiasi karena belum ada standar harga kulit manggis.

Harga bakal terbentuk bila segmentasi pasar sudah jelas. Maksudnya, kulit manggis jadi komoditas terpisah dari bagian lain, daging buah misalnya. 'Misal di sentra ada pengolahan daging buah menjadi sirup, jus, atau pure,' kata Raffi yang meneliti manggis di Sumatera Utara hingga Nusa Tenggara Barat sejak 2003. Biji, bahan baku dodol.

Pengolahan daging buah dan biji bisa dilakukan oleh industri kecil. Kulit yang jadi limbah dijual pada industri modern pengolah ekstrak kulit manggis. Maklum, cara ekstraksi membutuhkan teknologi tinggi yang mahal. Selama ini industri modern mengekstrak buah dan kulit manggis sekaligus karena belum ada industri kecil olahan daging buah.

Kulit dan buah

Itulah yang dilakukan oleh PT Inti Kiat Alam. Perusahaan di Sunter, Jakarta Utara, itu membeli manggis dari sentra di Sumatera dan Jawa sebagai bahan baku jus daging buah dan kulit manggis. Dari 10 kg buah segar-berikut kulitnya-dihasilkan 300 ml jus. Syarat buah layak proses harus segar, maksimal 2 hari setelah petik. Untuk itu, buah dikirim lewat udara.

Sebotol jus volume 300 ml dibandrol Rp200.000. Toh, sejak 4 bulan terakhir serapan konsumsi Xamthone Plus-namanya-mencapai 6.000 botol per bulan. Harap mafhum, konsumen yang kebanyakan wanita terpikat dengan khasiat awet muda yang ditawarkan. Apalagi menurut Fico Kaiser MBA, peracik Xamthone Plus, khasiat jus buah dan kulit manggis diimbangi riset ilmiah dan bukti empiris.

Kandungan antioksidan kulit manggis 66,7 kali wortel dan 8,3 kali jeruk. Dengan komposisi itu ia disebut-sebut obat ajaib di masa depan.

Berna menyebut xanthone memiliki gugus OH yang efektif mengikat oksigen bebas yang tidak stabil di dalam tubuh. Oksigen tak stabil itu disebut juga radikal bebas perusak sel tubuh. 'Makanya xanthone menghambat proses degenerasi (kerusakan, red) sel,' kata master bidang fitokimia dari Universitas Indonesia itu. Yang unik xanthone juga merangsang regenerasi (pemulihan, red) sel rusak dengan cepat sehingga membuat awet muda.

Penelitian Yukihiro Akao dari Institut Bioteknologi Gifu, Jepang, yang dipublikasikan pada Maret 2008 menyebut xanthone dalam kulit manggis efektif mengatasi sel kanker. Menurutnya, α-mangostin-senyawa dalam kelompok xanthone-membunuh sel kanker dengan mekanisme apoptosis. Secara sederhana apoptosis berarti bunuh diri sel. Senyawa α-mangostin memaksa sel memuntahkan cairan dalam mitokondria sehingga sel kanker mati.

Yukihiro juga melaporkan α-mangostin mengaktifkan sistem kekebalan tubuh dengan merangsang sel pembunuh alami (natural killer cell alias NK cell, red) dalam tubuh. NK cell itulah yang secara alami bertugas dalam tubuh manusia membunuh sel kanker dan virus yang masuk.

Menurut Berna, jus perpaduan daging dan kulit buah sangat baik. 'Rasa daging buah manis dan segar, tapi kadar xanthone lebih sedikit daripada kulit. Sebaliknya kulit lebih kaya xanthone tapi rasanya pahit. Pencampuran keduanya menjadikan jus yang enak dan kaya xanthone,' tutur Berna.

Minuman instan

Yang menarik ekstrak kulit manggis dalam bentuk kapsul bukan satu-satunya produk jadi. 'Bila dijual dalam bentuk kapsul, kesan yang muncul seperti obat. Harus ada produk minuman ringan yang bermanfaat buat kesehatan,' kata Asep. Kini master pangan dari Institut Pertanian Bogor itu tengah meneliti ekstrak kulit manggis sebagai bahan baku minuman instan berkarbonasi (effervescent) atau nonkarbonasi.

Kulit manggis sangat berpeluang untuk diolah menjadi keduanya. Kulit manggis dijadikan tepung lalu diekstraksi sebagai bahan baku effervescent. Bentuknya bisa tablet atau serbuk. 'Dengan bentuk itu, ekstrak kulit manggis bakal diterima dengan lebih mudah di pasaran,' kata Asep. Jika begitu adanya, 2-3 tahun ke depan kulit manggis tak lagi menjadi limbah. Bahkan jauh lebih berharga ketimbang buahnya. (Destika Cahyana/Peliput: Nesia Artdiyasa dan Rosy Nur Apriyanti)

Telaah Kandungan Kimia dan Aktivitas Antimikroba Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L., Guttiferae)

Peneliti
Risma Marisi T.
Soediro Soetarno
Elin Yulinah S.

Abstrak

Telah ditelaah kandungan kimia dan aktivitas antimikroba kulit buah manggis (Gasrcinia manostana L., Guttiferae). Hasil karakterisasi mikroskopik menunjukkan adanya fragmen khas berupa jaringan sklereid dan sel parenkim yang mengandung kristal kalsium oksalat berbentuk drus, prisma dan kubus. Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana dan etil asetat aktif terhadap bakteri penyebab diare. Dari ekstrak n-heksana didapatkan isolat FH1, dari ekstrak etil asetat isolat FB1, FCA2, FD2 dan FE2. Semua isolat aktif terhadap bakteri uji Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli, Konsentrasi hambat minimum (KHM) isolat FH1 berturut-turut 4, 6, 4 mg, konsentrasi FB1 6, 6, 6 mg, isolat FCA2 6, 4, 4 mg, isolat FD2 6, 6, 4 mg dan isolat FE1 8, 8, 8 mg. Pada konsentrasi 10 mg, ternyata diameter hambatan isolat FH1 paling besar dengan demikian isolat FH1 yang paling kuat terhadap Escherichia coli. Sepuluh mg isolat FH1 setara dengan 3,44 mg tetrasiklin hidroklorida. Identifikasi dilakukan dengan membandingkan data spektrometri ultraviolet, inframerah, resonansi magnet inti dan massa dengan data dari literatur. Isolat FH1 adalah mangostin, isolat FB1, b-mangostin, isolat FC2 mangistin, isolat FD2 g-mangostin dan isolat FE2 diduga g mangostin.

Keterangan

Tesis

Tahun 1998

Tempat Penelitian

Sekolah Farmasi ITB
Kandungan Kimia

Hasil : isolat FH1 adalah senyawa mangostin, isolat FB1 senyawa β-mangostin, isolat FCA2 senyawa mangostin, isolat FD2 senyawa γ-mangostin, dan isolat FE2 diduga senyawa γ-mangostin.

Isolasi

Metodologi penelitian meliputi penyiapan bahan, karakterisasi simplisia, penapisan fitokimia, pembuatan ekstrak, uji aktivitas antimikroba ekstrak, pemisahan ekstrak aktif, pemurnian isolat, uji aktivitas antimikroba isolat dan karakterisasi isolat.

Penyiapan bahan meliputi pengumpulan kulit buah manggis (Garcinia Mangostana L.), pencucian dan pengolahan menjadi serbuk kering yang siap untuk diekstraksi. Karakterisasi simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik, penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut dalam asam, kadar abu larut dalam air, kadar sari larut dalam air, kadar sari larut etanol, susut pengeringan dan kadar air dengan metode penyulingan serta penetapan unsur logam secara spektroforometri serapan atom. Penapisan fitokimia serbuk simplisia dilakukan terhadap kandungan alkaloid, flavonoid, saponin, tanin, kuinon, steroid dan triterpenoid.

Ekstrak dilakukan dengan dua cara yaitu ekstraksi maserasi-perkolasi dengan pelarut etanol kemudian diekstraksi cair-cair dengan n-heksana, etil asetat dan n-butanol dan ekstraksi sinambung menggunakan alat Soxhlet dengan menggunakan pelarut yang kepolarannya bertingkat yaitu n-heksana dan etil asetat. Masing-masing ekstrak yang diperoleh diuapkan pelarutnya dengan penguap vakum putar. Ekstrak kental yang diperoleh iuji aktivitas antimikrobanya terhadap 3 jenis bakteri penyebab diare yaitu: Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli.

Ekstrak yang mempunyai aktivitas antimikroba yang paling kuat difraksinasi secara kromatografi cair vakum, kromatografi kolom dan pemurnian isolat dengan rekristalisasi.

Ekstrak n-heksana membentuk kristal yang kemudian direkristalisasi dengan campuran metanol panas-kloroform. Isolat dari ekstrak n-heksana yang telah dimurnikan dieriksa secara KLT menggunakan pengembang n-heksana-aseton (7:3) memberikan 2 bercak FH1 dan FH2 dengan penampak bercak larutan asam sulfat pekat 10% dalam metanol memberikan warna kuning dan warna hijau dengan penampak bercak besi (III)klorida 1%.

Fraksinasi ekstrak etil asetat dilakukan dengan kromatografi cair vakum dengan fase diam silika gel 60H dan penglerusi sistem pelarut landaian, menghasilkan 7 fraksi utama dengan kromatogram yang mirip (FA, FB, FC, FD, FE, FF, FG), diperoleh fraksi aktif FB, FC, FD, FE.

Fraksi-fraksi diuji aktivitas antimikrobanya, fraksi yang aktif diuji secara bioautografi untuk menentukan bilangan senyawa aktif. Pemisahan selanjutnya secara kromatografi lapis tipis preparatif.

Isolat aktif yang diperoleh diuji aktivitas antimikrobanya untuk menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) dan uji kesetaraan dengan antibiotika tetrasiklin hidroklorida. Selanjutnya isolat yang diperoleh dikarakterisasi secara kromatografi lapis tipis, spektroforometri ultraviolet, inframerah, spektrometri massa.

Simplisia kulit buah mangga (Garcinia mangostana L.) mengandung senyawa golongan flavonoid, saponin, tanin, steroid/triterpenoid dan kuinon serta unsur natrium, kalium, magnesium, kalsium, besi, zink dan tembaga. Karakteristik mikroskopik simplisia kulit buah manggis ditunjukkan oleh asanya fragmen khas jaringan sel batu dan hablur kalsium oksalat.Hasil karakterisasi dan elusidasi struktur dapat diketahui isolat FH1 adalah senyawa mangostin, isolat FB1 senyawa β-mangostin, isolat FCA2 senyawa mangostin, isolat FD2 senyawa γ-mangostin, dan isolat FE2 diduga senyawa γ-mangostin.

Uji Farmakologi

Uji Aktivitas Antimikroba Ekstrak

Semua ekstrak dan fraksi-fraksinya diuji aktivitas antimikroba terhadap bakteri uji Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli, dengan metode difusi agar.

Ekstrak hasil ekstraksi sinambung mempunyai diameter hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak hasil maserasi-perkolasi, untuk penelitian selanjutnya digunakan ekstrak hasil ekstraksi sinambung.

Uji Aktivitas Antimikroba Fraksi dan Isolat

Fraksi-fraksi yang diperoleh diuji aktivitas antimikrobanya dengan metode difusi agar dengan konsentrasi 10 mg/ml. Selanjutnya diuji secara bioautografi untuk menentukan bilangan RF komponen yang aktif. Ekstrak dikromatografi lapis tipis sehingga terjadi pemisahan, selanjutnya kromatogram ini ditempelkan pada lempengan agar yang mengandung bakteri uji. Setelah 30 menit kromatogram diangkat dan lempeng agar diinkubasi selama 24 jam. Bagian yang bening menunjukkan hambatan pertumbuhan mikroba yang menyatakan adanya aktivitas antibakteri komponen.

Isolat-isolat yang diperoleh diuji aktivitas antimikrobanya yang meliputi uji konsentrasi hambat minimum (KHM) dengan metode difusi agar dan uji kesetaraan dengan antibiotik pembanding tetrasiklin hidroklorida.

Hasil uji aktivitas antimikroba menunjukkan bahwa ekstrak n-heksana dan etil asetat dari ekstraksi secara sinambung mempunyai diameter hambatan yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak dan fraksi dari ekstraksi maserasi-perkolasi dengan konsentrasi yang sama. Dari ekstrak n-heksana didapatkan isolat FH1, dari ekstrak etil asetat isolat FB1, FCA2, FD2 dan FE2. isolat FH1, FB1, FCA2, FD2 dan FE2 aktif terhadap bakteri uji Shigella flexneri, Salmonella typhi dan Escherichia coli. KHM isolat FH1 berturut-turut 4, 6, 4 µg, 10 µg setara dengan 0,79, 0,66, 3,44 µg tetrasiklin hidroklorida. KHM isolat FB1 6, 6, 6 mg, 10 µg setara dengan 0,62, 2,48, 0,72 µg tetrasiklin hidroklorida. KHM isolat FCA2 6, 4, 4 µg, 10 µg setara dengan 0,76, 2,48, 0,72 µg tetrasiklin hidroklorida. KHM isolat FD2 6, 6, 4 µg, 10 µg setara dengan 0,23, 1,63, 0,44 µg tetrasiklin hidroklorida. KHM isolat FE1 8, 8, 8 µg 10 µg setara dengan 0,51, 0,58, 0,22 µg tetrasiklin hidroklorida.

Bagi mereka yang mengutip hasil penelitian ini wajib menuliskan sumbernya Sekolah Farmasi ITB http://bahan-alam.fa.itb.ac.id